Pages

Jumat, 02 Agustus 2013

Puisi dan Prosa

PROSA BARU

Sahabatku

Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi.

Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan.

Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.

“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”

“Mungkin sakit!” jawab Mama.

“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat

Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Iamendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.

“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,

Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.

“Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur

“Momon, Pa.”

“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?” Iwan menggeleng.

“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.

“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.

“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.

“Lalu apa rencana kamu?”

“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”

“Maksudmu?”

“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.

“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.

Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon. Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu. Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.

“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”

“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”

Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.

“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa.

“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”

“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”

Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan. Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua.


AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat terucap
Kayu kepada api yang menjadikan abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan syarat yang tak sempat tersampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikan tiada

Karya : Sapardi djoko darmono


PROSA LAMA
HIKAYAT SI MISKIN

Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya dibuang dari keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Oleh sebab itu ia dikenal sebagai si Miskin. Setiap hari mereka berkeliling mencari rezeki di Negeri Antah Berantah di bawah pimpinan Maharaja Indera Dewa. Ke manapun mereka pergi selalu diusir penduduk dengan disertai penganiayaan. Malam hari mereka tidur di hutan dan siang harinya mereka berkeliling mencari rezeki. Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan buah mangga yang ada di taman raja. Tapi Si Miskin menolaknya sehingga si isteri semakin keras menangisnya. Kemudian si Miskin menerima permintaannya, tetapi Si Miskin hanya membelikan buah mangga dari pasar sehingga ditolak oleh isterinya. Pada akhirnya dengan rasa takut dan terpaksa ia menghadap raja dan memohon mempelam. Setelah ia mendapatkannya, ia segera pulang dan memberikan mangga itu kepeda isterinya. Setelah tiba saatnya, lahirlah anak laki-laki pertama mereka yang diberi nama Marakarmah (anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih sayang.

Pada suatu hari ketika sedang menggali tanah si Miskin mendapat tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis sampai ke anak cucunya. Dengan takdir Allah, di tempat itu berdirilah sebuah kerajaan komplit dengan perlengkapannya. Kemudian Si Miskin mengganti namanya menjadi Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna Dewi. Dan negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anak kedua mereka bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera Dewa menjadi iri hati atas kemasyhuran Negeri Puspa Sari dan kebaikan hati Raja Indera Angkasa. Ketika Maharaja Indera Angkasa mencari ahli nujum untuk meramalkan nasib putera-puterinya, Maharaja Indera Dewa memanfaatkan hal tersebut untuk menghancurkan Negeri Puspa Sari. Atas bujukan jahat Maharaja Indera Dewa, para ahli nujum mengatakan bahwa kelak Marakarmah dan Nila Kesuma akan mendatangkan celaka bagi orangtuanya. Maharaja Indera Angkasa percaya pada ramalan palsu tersebut dan dengan berat hati ia memerintahkan kedua puteranya pergi selama-lamanya. Sepeninggal putera-puterinya, Negeri Puspa Sari musnah terbakar dan Maharaja Indera Angkasa menjadi miskin kembali.

Sesampainya di tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin dan mereka menangkap seekor burung untuk dimakan. Ketika Marakarmah mencari api ke kempung, ia disangka seorang pencuri dan ia dipukuli orang banyak, kemudian dibuang ke laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.

Nasib Marakarmah dilautan ia terus hanyut dan terdampar di pangkalan raksasa. Di sana ia bertemu dengan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang ditawan oleh raksasa. Mereka berdua mencoba melarikan diri dari pulau itu dengan menumpang sebuah kapal. Nahkoda kapal menginginkan cahaya Chairani sehingga ia mendorong Marakarmah kelaut, kemudian ia ditelan oleh ikan nun yang pada akhirnya terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan. Atas petunjuk burung rajawali, Nenek Kebayan mengeluarkan Marakarmah dari perut ikan nun itu. Kemudian Marakarmah dijadikan anak angkat Nenek Kebayan.

Setiap hari Marakarmah membantu Nenek Kebayan menjual bunga yang akhirnya membuat ia bertemu kembali dengan iaterinya Cahaya Chairani. Karena cerita dari Nenek Kebayan tentang Raja Mangindera Sari, tahulah Marakarmah bahwa puteri yang ditemulan Raja Mangindera Sari itu adalah adiknya sendiri, kemudian ia menemui adiknya itu. Lalu ia membunuh nahkoda kapal yang jahat itu. Selanjutnya Marakarmah mencari ayah bundanya, dan dengan kesaktiannya ia menciptakan kembali kerajaan Puspa Sari seperti dahulu kala. Kemudian ia mengalahkan Negeri Antah Berantah, yang kemudian dipimpin oleh raja Bujangga Indera (saudara Cahaya Chairani). Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya Mercu Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam cahaya.



0 komentar:

Posting Komentar